Seni adalah ekspresi, maka kesenian akan mencerminkan jiwa penciptanya dari mana ia berasal. Latar belakang pendidikan, lingkungan dan kebudayaan tentunya sangat berperan penting dalam hal ini. Manusia 90% adalah produk lingkungan (Ibnu Khaldun), dengan demikian meniru adalah hal yang wajar bagi manusia, salah satu kelebihan manusia dibanding dengan binatang terletak pada kenyataan bahwa manusia itu makhluk yang paling suka meniru, makhluk yang mula-mula belajar lewat peniruan (Aristoteles). Imitasi merupakan sumber kenikmatan yang tidak habis-habis.
Teori-teori imitasi paling radikal pun tidak bermaksud membatasi karya seni hanya pada reproduksi realitas secara mekanis. Semua membuka peluang tertentu bagi kreativitas seniman. Bila imitasi merupakan tuntutan yang sah dalam karya seni, maka jelas bahwa spontanitas, daya produktif seniman, akan merupakan faktor perusak dan bukan faktor pembangun. Spontanitas tidak menampilkan benda-benda dalam wujudnya yang murni, malah memutar balikkan wajah benda-benda. “Penyesatan” yang diakibatkan oleh subjektivitas ini tidak dapat ditolak oleh teori-teori yang klasik, tetapi malah dapat ditampung dalam batas-batas teori itu dan disesuaikan dengan kaidah-kaidah umum. Prinsip ars simia naturae tidak dapat dianut secara kaku dan tanpa kompromi. (Ernst Cassirer)
Seni bukanlah deskripsi atau reproduksi dunia empiris, melainkan luapan emosi (Rousseau). Memang benar, bahwa semua seni karakteristik atau seni ekspresif ialah “luapan spontan daya-daya perasaan”. Namun bila hal ini diterima begitu saja, hanya akan sampai pada perubahan tanda saja, tidak akan sampai pada perubahan makna. Jika demikian, seni tetap bersifat reproduktif, biarpun bukan lagi reproduksi benda-benda atau objek-objek fisik, melainkan reproduksi hidup batiniah, afeksi-afeksi dan emosi-emosi.
Pameran Lukisan Inklusi: “SUPERHUMAN ART” dengan tema “Atas Rasa Tjinta” menghadirkan karya-karya seniman yang penuh semangat dalam belajar dan dalam berkarya. Bagi seorang pelukis, warna, garis, irama dan tekstur bukan sekedar bagian dari peralatan teknis; melainkan merupakan momen-momen yang mutlak perlu dalam proses produktif, baik bagi kesenian yang ekspresif maupun bagi kesenian representative. Dalam banyak teori estetika modern, khususnya yang dari Croce, faktor material ini diabaikan. Croce hanya tertarik pada faktor ekspresi, bukan pada caranya. Bagi dia, “cara” tidak relevan bagi karakter dan nilai karya seni. Satu-satunya hal penting ialah intuisi seniman, bukan pengejawantahan intuisi ke dalam bahan tertentu. Materi hanya punya arti teknis, bukan arti estetis, namun demikian untuk menjadikan sesuatu jadi estetis, masalah teknis merupakan faktor utama.
Selamat Berpameran, Salut Telah Ikut Merayakan Perkembangan Seni Lukis Di Dunia.
Serpong, 29 Oktober 2023,

                                                                                                      

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan YME, karena berkat rahmat-Nya kita dapat menyelenggarakan Pameran Seni Rupa Inklusif 2023 “Superhuman ART – Atas Rasa Tjinta” yang menjadi bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun ke-55 Taman Ismail Marzuki (TIM).

Pameran ini merupakan manifestasi dari kekuatan semangat dan rasa cinta para seniman, orang tua, keluarga, guru dan seluruh pihak yang mendukung perjuangan mereka. Para seniman ini adalah para “superhuman” yang kekuatan super mereka adalah kegigihan dan bakat luar biasa yang mereka curahkan ke dalam setiap karya.

Tema “Superhuman ART” tidak hanya merayakan keberagaman dan inklusivitas, tapi juga merefleksikan nilai-nilai yang kami junjung tinggi di Dinas Kebudayaan, yaitu menciptakan ruang bersama yang kondusif bagi seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dalam mencipta dan berkarya. Hal ini sejalan dengan tema HUT ke-55 TIM, “Ruang Bersama dalam Cipta dan Karya”.

Kami percaya bahwa seni adalah medium yang universal, yang dapat menyatukan berbagai lapisan masyarakat, membangun empati, dan merayakan perbedaan sebagai kekayaan yang tidak ternilai. Oleh karena itu, melalui pameran ini, kami ingin mengajak seluruh masyarakat untuk tidak hanya mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan, tetapi juga untuk memahami cerita, perjuangan, dan aspirasi yang terkandung di dalamnya.

Sebagai Kepala Dinas Kebudayaan, saya merasa terhormat dapat menjadi bagian dari perhelatan yang luar biasa ini. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras untuk merealisasikan acara yang inklusif ini, khususnya kepada Yayasan Danuraja Kreasi Indonesia yang telah menjadi mitra kami.

Mari kita bersama-sama memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para seniman yang telah memberikan sumbangsih yang begitu berharga dalam khazanah seni budaya kita. Semoga pameran ini dapat menjadi sumber inspirasi dan memotivasi kita semua untuk terus menciptakan karya yang bermakna dan berdampak bagi banyak orang.

Selamat menikmati setiap warna dan goresan yang berbicara, dan semoga hati kita dapat tergerak oleh pesan yang disampaikan.

Salam budaya.

Dr Muchammad Bayu Tejo Sampurno - Kurator Seni

Seni inklusi dan estetika relasional: Menciptakan hubungan sosial yang berkelanjutan. Saya ingin berpendapat bahwa Pameran Lukisan Inklusif “SUPERHUMAN ART” dengan tema “Atas Rasa Tjinta” (ART) memiliki potensi untuk menyistematikkan beragam wacana seni dan disabilitas/difabel. Kurator Prancis, Nicolas Bourriaud (2002), menciptakan istilah terkait “estetika relasional” dengan menyistematikkan berbagai praktik seni yang menyoroti hubungan individual hingga sosial. Mari kita mengingat kembali bahwa mulai tahun 1990-an, karya seni diciptakan di mana audiens didorong untuk berhubungan satu sama lain dengan cara baru. Contohnya adalah seniman memasak di ruang galeri dan kolektif seni yang berkontribusi pada perbaikan sosial dan material di lingkungan marginal (Bishop 2012). Terjadi perubahan fokus dalam seni dari produksi objek ke pertunjukan. Praktik seni dan praktik sosial, atau, aspek estetis dan politik, digabungkan. Salah satu pandangan tentang Pameran Lukisan Inklusif “SUPERHUMAN ART” dengan tema “Atas Rasa Tjinta” (ART) sebagai seni praktik sosial adalah bahwa yang dipamerkan adalah kumpulan praktik seni yang membantu kita membayangkan institusi sosial yang berkelanjutan, terutama soal seni, inklusif, disabilitas/difabel yang cenderung menciptakan hubungan yang berlangsung lama dan membayangkan bahwa “ketergantungan” menjadi bagian vital dari cara hidup kita dengan cara baru.
Inklusif tidak membuat wacana-wacana yang sudah ada tentang disabilitas/difabel dan seni menjadi usang. Pemahaman tentang disabilitas/difabel dan seni masih membutuhkan keragaman dalam konseptualisasi disabilitas/difabel dan seni agar diakui sebagai bagian dari sejumlah wacana yang memiliki logika institusional dan hubungan kekuatan yang berbeda. Juga, terdapat potensi-potensi penting ketika praktik seni yang melibatkan disabilitas/difabel menjadi sorotan utama dalam perspektif seni kontemporer. Inklusi praktik seni terkait disabilitas/difabel dalam praktik seni sosial adalah pengakuan yang kuat terhadap pentingnya disabilitas/difabel dalam masyarakat. Bersama-sama, inklusivitas karya seni, karya seni inklusi, wacana interdisiplinernya (terapi seni, outsider art, seni disabilitas, dan estetika disabilitas) dalam praktik seni sosial merupakan sumber daya yang kuat, baik untuk mengakui seniman dengan disabilitas/difabel akan mengatasi isu-isu disabilitas/difabel dengan cara inklusif. Seni, seperti kehidupan, pada dasarnya adalah proses kolektif melibatkan banyak dan ragam individu.
Perlahan tapi pasti. Karya seni inklusif akan lebih berkembang dengan diberi keyakinan bahwa mereka dapat melakukannya. Mereka membutuhkan dukungan positif untuk setiap pencapaian. Melihat karya seni inklusif tidak hanya sebatas melihat, tidak sebatas menikmati, melainkan merasakan setiap goresan dan coretannya yang penuh dengan tempo, tekanan, spontanitas, dan harmoninya masing-masing. Dengan begitu, keistimewaan karya inklusif tidak hanya disadarkan pada detail yang disusun pada rangkaian sistem tanda, melainkan lantunan pengalaman, lantunan rasa yang membuatnya semakin dalam bak lautan tak berdasar.

                                                                                                              
Boogie

Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu’alaikum Wr. Wb. Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Selamat Sejahtera bagi kita semua.

Atas Rasa Tjinta (ART) adalah tajuk untuk program Pameran Seni Rupa Inklusif SUPERHUMAN ART di tahun 2023 ini yang merupakan kerja sama Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Yayasan Danuraja Kreasi Indonesia. Predikat “SUPERHUMAN” diberikan untuk penyebutan secara positif para inklusif yang memberikan usaha serta waktu yang luar biasa ekstra untuk dapat dianggap sejajar dengan mereka yang disebut ‘normal’, untuk itu Superhuman atau manusia super adalah brand dan identitas mereka yang patut kita hargai bersama.

Di dalam program ini, kami mengkhususkan untuk memberikan informasi serta cerita latar belakang dari kegigihan cinta para orang tua, keluarga dan pendukung lainnya. Tanpa tanda jasa sudah memberikan capaian yang luar biasa kepada para seniman inklusif sehingga mereka bisa ‘Berbicara dengan Bahasa Mereka’ dan diharapkan agar program serta pameran ini dapat memberikan manfaat dan juga informasi terhadap cara inklusifitas untuk Masyarakat Provinsi DKI Jakarta khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian acara HUT ke-55 TIM yang memiliki tema “Ruang Bersama dalam Cipta dan Karya”.

Memperkenalkan SUPERHUMAN ARTist yang akan memberikan energi Tjinta dan Kehidupan di Pameran Seni Rupa Inklusif – Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Yayasan Danuraja Kreasi Indonesia, Taman Ismail Marzuki 10 – 12 November 2023 mendatang.

Terima kasih atas doa, tjinta, energi kasih dan dukungan yang di berikan kepada Pameran Seni Rupa Inklusif SUPERHUMAN ART – Atas Rasa Tjinta qsehingga dapat terlaksana dengan baik kedepan dan berkenan dalam harapan.

Dirgahayu yang ke 55 Tahun penuh Inspirasi dan dedikasi untuk Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Sukses Jakarta Untuk Indonesia.

Atas Nama Tjinta.
Boogie Tedjowinoto Pembina Yayasan Danuraja Kreasi Indonesia

Assalamualaikum WR. WB. Salam Sejahtera bagi kita semua. Senantiasa kita ucapkan Puji Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, hingga pada saat ini kita dapat menyaksikan Pameran Seni Rupa Iklusif” SUPERHUMAN ART” Atas Rasa Tjinta. Karya seni rupa yang sangat luar biasa dari para seniman inklusif. Karya ini merupakan salah satu penanda mercusuar Indonesia khususnya DKI Jakarta yang akan menjadi cahaya bagi seniman Inklusif yang hasil karyanya sudah mendapatkan apresiasi baik dalam negeri maupun luar negeri, demikian berharganya sebuah karya seniman inklusif yang turut mewarnai dunia seni lukis Indonesia. Dengan hadirnya pameran seni rupa inklusif “SUPERHUMAN ART” yang diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bersama Yayasan Danuraja Kreasi Indonesia, maka diharapkan program ini menjadi program prioritas dan berkesinambungan untuk penyelenggarakan pameran seni rupa inklusif setiap tahun. Karena, dengan menaikkan prestise karya dan seniman inklusif ke level yang lebih tinggi untuk mensosialisasikan dan mempublikasikan.

Apresiasi saya berikan kepada Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bersama Yayasan Danuraja Kreasi Indonesia yang memberikan ruang kepada generasi muda inklusif dari berbagai karakter. Saya sungguh mengagumi para seniman inklusif yang menunjukkan tantangan di dunia globalisasi ini. Kedinamisan sebagai sebuah proses kehidupan, seniman muda inklusif secara konsisten perlu membangun karakter dirinya hingga mampu beradaptasi dengan perubahan dunia yang sangat cepat. Karakter diri tentu merupakan manifestasi olah rasa dari beragam pemikiran para manusia. Pada titik inilah para seniman muda inklusif bebas berekspresi untuk membangun identitas karakter baru menuju sosok Ideolog Bangsa dikemudian hari.

Semoga karya seniman muda inklusif ini memberikan manfaat inspirasi yang tiada habisnya bagi penikmat dan pengunjung pameran. Mari kita tingkatkan daya upaya dan keikhlasan kita dalam mengharumkan nama bangsa Indonesia dalam bidang yang kita tekuni termasuk para seniman muda inklusif yang telah menggenggam kekuatan cinta dari setiap hasil karyanya. Semoga keilmuan yang kita tekuni selama ini, menjadi bagian dari amal ibadah kita. Yayasan Danuraja Kreasi Indonesia merupakan wadah untuk Inklusif “SUPERHUMAN” baik dalam seni rupa, seni tari, seni musik dan kesenian yang lainnya. Semoga Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bersama Yayasan Danuraja Kreasi Indonesia selalu bergandengan tangan untuk bekerjasama dalam sinergitas Inklusif. Aamin, Terima kasih.